Thursday, May 30, 2013

Pengangguran



           Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau bekerja, tidak dapat diakatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera mendapatkannya. Alasan-alasan lain yang membuat orang tidak mau bekerja antara lain adalah ibu-ibu yang harus mengasuh anak, kawula muda yang harus sekolah/kuliah dahulu.
A.     Definisi dan Pengertian Pengangguran.
        Contoh dalam paragraf di atas merupakan pengantar untuk membuat lebih mudah memahami konsep pengangguran (unemployement). Sebab definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru diakatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
      Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, entah karena harus mengurus keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatankerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Lebih jelasnya anda dapat melihat Diagram 9.8 berikut ini.



Diagram 9.8
Struktur Penduduk Berdasarkan Usia
 








                                                                                 Usia kerja dan mencari kerja
Bekerja
 
Penduduk usia kerja, tetapi
tidak mencari kerja dengan
berbagai alasan, misalnya     1. ≥ 35 jam/minggu
sekolah/kuliah, ibu-ibu          2. < 35 jam/minggu
mengurus rumah tangga

Pada Diagram 9.8 terlihat bahwa jumlah penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan bukan usia kerja. Yang masuk kelompok bukan usia kerja (usia non produktif) adalah anak-anak (0-14 tahun) dan manusia lanjut usia (manula) yang berusia > 65 tahun. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja. Sebagian yang tidak bekerja (dengan berbagai alasan) tidak masuk angkatan kerja (bukan angkatan kerja). Lebih lanjut lagi terlihat, ternyata tidak semua angkatan kerja memperoleh lapangan kerja. Mereka inilah yang disebut penganggur.
Tabel 9.8 di bawah ini memeberikan data-data komposisi penduduk Indonesia hasil sensus penduduk tahun 1971, 1980 dan 1990 dengan menggunakan klasifikasi seperti pada Diagram 9.8

Tabel 9.8
Jumlah Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk
Tahun 1971, 1980, 1990 Berdasarkan Usia (Dalam Juta Jiwa)
Struktur Penduduk
Tahun
1971
1980
1990
Penduduk
119,2
147,5
179,3
A. Bukan Usia Kerja
55,4
65,1
72,4
     A.1 0-14 Tahun
52,4
60,3
65,4
     A.2 ≥ 65 Tahun
3
4,8
7
B. Usia Kerja (15-64 Tahun)
63,8
82,4
106,9
     B.1 Bukan Angkatan Kerja
22,6
30
29,1
     B.2 Angkatan Kerja
41,2
52,4
77,8
            B.2.1 Bekerja
37,6
51,6
75,9
            B.2.2 Menganggur
3,6
0,8
1,9
Tingkat Pengangguran (%/tahun)
8,7
1,5
2,4
       
        Angka/tingkat pengangguran dalam tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan dalam periode 1971, 1980, 1990 masing-masing adalah 8,7%, 1,5% dan 2,4% dari angkatan kerja. Angka 8,7%, 1,5% dan 2,4% didapat dengan cara membagi jumlah yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja (bukan penduduk usia kerja) dikalikan 100%.
                                               Jumlah Yang Menganggur
Tingkat Pengangguran =                                                      x 100%        
                                               Jumlah Angkatan Kerja
        Besar kecilnya angka pengangguran sangat tergantung dari definisi atau pengklasifikasian pengangguran. Setidak-tidaknya ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach).
1)      Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach)
        Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
2)      Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
        Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni:
a)      Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka (open uneployment).
b)      Setengah Menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.
c)      Bekerja Penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

B.      Jenis-jenis Pengangguran
        Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena seseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok. Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa diterima oleh seseorang, walaupun sebenernya dia masih ingin bekerja. Pengangguran sukarela dan dukalara erat kaitannya dengan jenis-jenis pengangguran berikut ini.
1)      Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
        Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi ataupun karena kondisi geografis/jarak antara pencari kerja dan kesempatan kerja. Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran sementara umumnya rela menganggur (voluntary unemployment) untuk mendapat pekerjaan.
2)      Pengangguran Struktural (Stuctural Unemployment)
        Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi.
        Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama.
3)      Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
        Pengangguran siklis (cyclical unemployment) atau pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran.
4)      Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
        Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya.

C.      Biaya Sosial Dari Pengangguran
        Sama halnya dengan inflasi, pengangguran juga akan menimbulkan dampak negatif jika sifat pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis.
1)      Terganggunya Stabilitas Perekonomian
        Pengangguran struktural dan atau kronis akan menganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat.
a)      Melemahnya Permintaan Agregat
      Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja dia akan memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun, yang pada gilirinnya menimbulkan penurunan permintaan agregat.
b)      Melemahnya Penawaran Agregat
      Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan.
2)      Terganggunya Stabilitas Sosial Politik
        Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini sangat besar dan susah diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.

No comments:

Post a Comment