Menganggur
tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau
bekerja, tidak dapat diakatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari
pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera mendapatkannya. Alasan-alasan
lain yang membuat orang tidak mau bekerja antara lain adalah ibu-ibu yang harus
mengasuh anak, kawula muda yang harus sekolah/kuliah dahulu.
A.
Definisi dan Pengertian Pengangguran.
Contoh dalam paragraf di atas merupakan pengantar untuk
membuat lebih mudah memahami konsep pengangguran (unemployement). Sebab
definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja.
Seseorang baru diakatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha
mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
Dalam ilmu
kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok
penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan
kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun
dihitung sebagai angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah
penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak
mencari kerja, entah karena harus mengurus keluarga atau sekolah, tidak masuk
angkatankerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang
tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Lebih jelasnya anda dapat melihat Diagram
9.8 berikut ini.
Diagram 9.8
Struktur Penduduk
Berdasarkan Usia
Usia kerja dan mencari kerja
|
tidak mencari kerja dengan
berbagai alasan, misalnya 1. ≥ 35 jam/minggu
sekolah/kuliah, ibu-ibu 2. < 35 jam/minggu
mengurus rumah tangga
Pada Diagram 9.8 terlihat bahwa jumlah penduduk suatu
negara dapat dibedakan menjadi penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan bukan usia
kerja. Yang masuk kelompok bukan usia kerja (usia non produktif) adalah
anak-anak (0-14 tahun) dan manusia lanjut usia (manula) yang berusia > 65
tahun. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka
yang mencari kerja atau bekerja. Sebagian yang tidak bekerja (dengan berbagai
alasan) tidak masuk angkatan kerja (bukan angkatan kerja). Lebih lanjut lagi
terlihat, ternyata tidak semua angkatan kerja memperoleh lapangan kerja. Mereka
inilah yang disebut penganggur.
Tabel 9.8 di bawah ini memeberikan data-data komposisi
penduduk Indonesia hasil sensus penduduk tahun 1971, 1980 dan 1990 dengan
menggunakan klasifikasi seperti pada Diagram 9.8
Tabel 9.8
Jumlah Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk
Tahun 1971, 1980, 1990 Berdasarkan Usia (Dalam Juta Jiwa)
Struktur Penduduk
|
Tahun
|
||
1971
|
1980
|
1990
|
|
Penduduk
|
119,2
|
147,5
|
179,3
|
A. Bukan
Usia Kerja
|
55,4
|
65,1
|
72,4
|
A.1 0-14 Tahun
|
52,4
|
60,3
|
65,4
|
A.2 ≥ 65 Tahun
|
3
|
4,8
|
7
|
B. Usia
Kerja (15-64 Tahun)
|
63,8
|
82,4
|
106,9
|
B.1 Bukan Angkatan Kerja
|
22,6
|
30
|
29,1
|
B.2 Angkatan Kerja
|
41,2
|
52,4
|
77,8
|
B.2.1 Bekerja
|
37,6
|
51,6
|
75,9
|
B.2.2 Menganggur
|
3,6
|
0,8
|
1,9
|
Tingkat
Pengangguran (%/tahun)
|
8,7
|
1,5
|
2,4
|
Angka/tingkat
pengangguran dalam tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang
tidak bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan dalam periode 1971, 1980, 1990
masing-masing adalah 8,7%, 1,5% dan 2,4% dari angkatan kerja. Angka 8,7%, 1,5%
dan 2,4% didapat dengan cara membagi jumlah yang menganggur dengan jumlah
angkatan kerja (bukan penduduk usia kerja) dikalikan 100%.
Jumlah
Yang Menganggur
Tingkat
Pengangguran = x
100%
Jumlah Angkatan Kerja
Besar
kecilnya angka pengangguran sangat tergantung dari definisi atau
pengklasifikasian pengangguran. Setidak-tidaknya ada dua dasar utama
klasifikasi pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja (labour force approach) dan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach).
1) Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach)
Pendekatan
ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
2) Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam
pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni:
a)
Menganggur
(Unemployed), yaitu mereka yang sama
sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut
juga pengangguran terbuka (open
uneployment).
b)
Setengah
Menganggur (Underemployed), yaitu
mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja
mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.
c)
Bekerja
Penuh (Employed), yaitu orang-orang
yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
B. Jenis-jenis Pengangguran
Pengangguran
sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena seseorang ingin
mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok. Pengangguran dukalara
adalah pengangguran yang terpaksa diterima oleh seseorang, walaupun sebenernya
dia masih ingin bekerja. Pengangguran sukarela dan dukalara erat kaitannya
dengan jenis-jenis pengangguran berikut ini.
1) Pengangguran Friksional (Frictional
Unemployment)
Pengangguran
jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara
pencari kerja dengan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan
waktu, informasi ataupun karena kondisi geografis/jarak antara pencari kerja
dan kesempatan kerja. Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran sementara
umumnya rela menganggur (voluntary
unemployment) untuk mendapat pekerjaan.
2) Pengangguran Struktural (Stuctural
Unemployment)
Dikatakan
pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak
mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang
tersedia. hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin
tinggi dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi produksi yang digunakan,
menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi.
Dilihat
dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding
pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu
yang lama.
3) Pengangguran Siklis (Cyclical
Unemployment)
Pengangguran
siklis (cyclical unemployment) atau
pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada waktu kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan
memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin
produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan
demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran.
4)
Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran ini
berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama
terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim tanam dan panen, petani
umumnya menganggur, sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya.
C.
Biaya Sosial Dari Pengangguran
Sama halnya
dengan inflasi, pengangguran juga akan menimbulkan dampak negatif jika sifat
pengangguran sudah sangat struktural dan atau kronis.
1)
Terganggunya Stabilitas Perekonomian
Pengangguran
struktural dan atau kronis akan menganggu stabilitas perekonomian dilihat dari
sisi permintaan dan penawaran agregat.
a)
Melemahnya Permintaan Agregat
Untuk dapat
bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja dia akan memperoleh
penghasilan, yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat
pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun, yang
pada gilirinnya menimbulkan penurunan permintaan agregat.
b)
Melemahnya Penawaran Agregat
Tingginya tingkat
pengangguran akan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat dari peranan
tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin sedikit tenaga kerja yang
digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak pengangguran terhadap
penawaran agregat makin terasa dalam jangka panjang. Makin lama seseorang
menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami
penurunan.
2)
Terganggunya Stabilitas Sosial
Politik
Saat ini
pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial
politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari
masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas,
baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya. Biaya ekonomi yang
dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini sangat besar dan susah
diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
No comments:
Post a Comment