Ekonomi syariah merupakan ilmu
pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah
atau sistem ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun
negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena
Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan
melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam
merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah
yang teraplikasi dalam etika dan moral.
Ketua
Dewan Pakar Ekonomi Syariah Indonesia, Aries Mufti menilai pertumbuhan ekonomi syariah
di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia.
Menurut
Aries, posisi Indonesia sebagai negara pengembang ekonomi syariah hanya kalah
oleh Iran."Sebelumnya Indonesia ada di peringkat kelima. Sekarang di
peringkat kedua," kata Aries di Jakarta, Selasa 4 September 2012.
Pertumbuhan
ekonomi syariah di Indonesia, jelas dia, mencapai 39 persen setiap tahunnya.
Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi konvensional yang
hanya sebesar 19 persen. "Tapi karena yang konvensional sudah lebih dulu
tumbuh, jadi nilainya masih lebih besar yang konvensional," katanya.
Indonesia
disebutnya telah menjadi negara dengan Islamic Micro Finance terbesar di dunia.
Alasannya, Indonesia sudah memiliki 22 ribu gerai koperasi syariah dan Balai
Mandiri Terpadu. "Kalau dari sisi finance itu tidak ada negara lain yang
mengalahkan kita," ujar Aries.
Adapun
dalam sisi mode dan fesyen, Aries mengatakan sektor tersebut sudah menyumbang
pemasukan hingga Rp 72 triliun bagi perekonomian Indonesia 2011. Menurut Aries,
para pelaku mode dan fesyen di Paris menyatakan ketertariknya untuk menjadi
pusat mode untuk busana muslim. "Kalau Paris sudah mencanangkan itu
berarti kan potensi besar sekali," ujar Aries.
Hingga
saat ini, Aries mengatakan setidaknya sekolah desain ternama asal Yunani,
Telestia, ingin mengembangkan mode Islami di Indonesia. "Itu membuktikan
pasar Islami kita memang sangat potensial," katanya.
Pascakrisis
ekonomi 1998 lalu, Areis mengatakan banyak negara maju yang mulai menggarap pasar
ekonomi syariah. Hal itu membuat banyak negara-negara yang saat ini sudah mulai
menggarap ekonomi syariah untuk mencegah adanya bubble economic di negara
mereka. "Karena itu Indonesia harusnya bisa mengembangkan ekonomi syariah
ini, apalagi diramalkan penduduk Indonesia mencapai 400 juta tahun 2035
mendatang yang sebagian besar kelas menengah yang potensial," katanya.
Mengapa
ekonomi syariah penting untuk masyarakat Indonesia? Ekonomi barat hanya
memfokuskan diri pada pengamatan atau observasi semata dengan menghilangkan
faktor-faktor lainnya. Misalnya, hanya dengan mengamati dua variable, seseorang
dapat mengambil suatu kesimpulan dan mendasarkan kebijakan yang harus diambil
menurut kesimpulan itu. Dalam Export Led Growth Hypothesis (ELGH), hanya
dengan mengamati dua variable (pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan GDP), banyak
ekonom yang kemudian mengambil kebijakan yang berkaitan dengan ekspor. Jika
disimpulkan bahwa Export leads to Growth (ELG), maka kebijakan yang
diambil adalah terlebih dahulu meningkatkan pertumbuhan ekspor baru pertumbuhan
ekonomi akan dicapai. Ini merupakan pandangan Neoclassical. Jika disimpulkan
bahwa Growth leads to Export (GLE), maka kebijakan yang diambil adalah
terlebih dahulu meningkatkan pertumbuhan ekonomi baru pertumbuhan ekspor akan
dicapai.
Pada kenyataannya, kesimpulan yang
diambil oleh ekonom berbeda-beda bergantung pada asumsi yang digunakannya
meskipun menggunakan data yang sama dari variable yang sama. Portugal misalnya,
menurut Oxley’s (1993), dengan menggunakan data tahunan pada variable real
export dan real GDP dari tahun 1865 hingga 1991, disimpulkan ELG dengan
menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM) dengan asumsi ‘deterministic
trend’. Tetapi, dengan mengubah sedikit asumsinya masih dalam data yang
sama dan metode VECM yang sama, hanya saja asumsinya diubah menjadi ‘no
deterministic trend’, maka kesimpulannya berubah menjadi bidirectional
causality yang artinya, ELG dan GLE terjadi. Kalau sudah begini, kita dapat
mengambil kebijakan apapun, hanya dengan mengubah asumsi-asumsi model diatas.
Ekonomi Barat tidak cocok dengan
Budaya kita
Budaya kita masih mempercayai agama
sebagai tuntunan hidup. Setidaknya ada empat alasan yang dapat menerangkan ini.
Pertama, Teori ekonominya berdasar sejarah dan fakta masyarakat saat
itu, misalnya saja teori Hutcheson yang menyatakan bahwa Pendapatan = Konsumsi
+ tabungan. Tidak ada yang salah dalam teori tersebut, karena perilaku
masyarakat Inggris saat itu memang demikian. Yang salah adalah, kenapa tidak
ada cara lain untuk merumuskan teori itu misalnya, Pendapatan = konsumsi +
tabungan + zakat + infaq?
Kedua, Ekonomi Barat terlalu
menyederhanakan masalah. Terlalu banyak variabel yang diabaikan dan dimasukkan
dalam asumsi ceteris paribus, artinya dianggap tetap dan tidak berubah. Mereka
pun terkadang salah kaprah dalam menggunakan matematika, padahal terkadang
matematika tidak dapat menjelaskan keseluruhan faktor yang melandasi terjadinya
sebuah fenomena. Contohnya adalah fungsi kepuasan (utility function), di
mana penggunaan matematika ternyata belum mampu menerangkan secara utuh
keseluruhan faktor yang menjelaskan tingkat kepuasan masyarakat.
Ketiga, manusia seperti partikel dan hanya
menuruti satu hukum, yaitu mementingkan diri sendiri (selfish). Ini
tidak benar. Mari kita lihat ultimatum game yang dijelaskan melalui
eksperimen. Dari ultimatum game, dapat dijelaskan bahwa manusia itu
tidak selfish. Manusia memiliki motivasi lain dalam perilaku ekonomi
seperti keinginan berkorban, mencintai, dan keinginan menolong.
Keempat, ekonomi Barat menganut falsafah
bebas nilai (positivism). Agama mengatur nilai-nilai (baik-buruk,
halal-haram). Barat tidak memiliki pilihan karena mereka tidak punya wahyu.
Sementara bagi kita, kita tidak bisa menjalankan ekonomi tanpa nilai-nilai.
Terbukti salah satu penyebab utama terjadinya krisis global saat ini adalah
akibat tidak adanya peran etika dan moralitas dalam ekonomi.
Melihat dua argumen utama diatas,
yaitu ekonomi barat berlandaskan pada model-model yang salah dan Ekonomi
Barat tidak cocok dengan kita yang masih mempercayai agama sebagai tuntunan
hidup, maka di sinilah momentum ekonomi syariah untuk memberi solusi
permasalahan ekonomi bangsa. Salah satu ciri dari ekonomi syariah yaitu
berdasarkan azas kemurahan hati di mana ditunjukkan dengan konsep saling
menolong satu sama lain. Dengan dasar ini, musuh utama ekonomi yaitu kemiskinan
akan dapat terselesaikan. Bersamaan dengan itu, nilai-nilai moral bangsa akan
dapat dibangun dengan menghilangkan berbagai perilaku selfish (egois,
mementingkan diri sendiri) seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
No comments:
Post a Comment